Mode Gelap

Recent in Fashion

Best Seller Books

60. Menemui Hadits Shahih , Apakah Boleh Langsung Mengamalkan?.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 

DOKUMENTASI HASIL TANYA JAWAB DI GRUP MENURUT 4 MADZHAB (60)


PERTANYAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum..

Izin bertanya ustadz/dzah dkk mifah sahabat Fillah yg dirahmati Allah.

✍️Imam syafii pernah berkata apabila shahih suatu hadits maka itu madzhabku.
Kalau kita menemui hadits shahih , apakah boleh kita langsung mengamalkan sesuai pesan imam Syafii tersebut Ya Ustadz/dzah ,dan Kawan Kawan Semua ⁉️‼️✍️

Izin lanjut nyimax bersama ✍️

JAWABAN:
1)Ustadz Abdullah Sidiq I 

Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Imam Syafii sudah mengatakan demikian , artinya boleh saja bila menemui hadits shahih kemudian mengamalkannya.
Hanya saja mengingat tidak semua hadits shahih bisa diamalkan,  dan Imam Syafii pun juga ahli hadits , maka harus dipastikan orang tersebut memenuhi syarat : 

1. Dia sendiri juga Mujtahid.
Jika seorang dokter minta dikoreksi rumusan resep obatnya , maka yang bisa melakukannya hanya sesama levelnya dokter.
Jika seorang profesor minta dikoreksi rumusan kimianya , maka yang bisa mengoreksi adalah sesama ahli kimia.

Begitupula dengan Imam Syafii yang levelnya Mujtahid , maka yang bisa melakukan koreksi susunan hukum fiqihnya haruslah sesama Mujtahid.
Sungguh beresiko ada orang biasa lalu mencoba menyelisihi dan mengoreksi dokter , profesor dan Mujtahid , belum tentu memperbaiki rumusan yang sudah ada , malah rawan membuat rumusan baru yang merusak.

2. Hadits tersebut diamalkan Mujtahid lain.
Bermadzhab Syafii adalah tidak wajib. Apabila seseorang menemui hadits shahih yang tidak diamalkan oleh Imam syafii , tetapi diamalkan oleh Imam lain , Semisal hanafi , maliki dan hambali , maka boleh saja diamalkan mengikuti madzhab mereka.
Karena dengan cara tersebut, hadits tersebut memang sudah benar benar dikoreksi oleh Mujtahid juga dan bisa diamalkan.

Kalam Imam Syafii yang dimaksud adalah 

إذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلَافَ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُولُوا بِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعُوا قَوْلِي.
Apabila Engkau menemui pendapat dalam kitabku yang menyelisihi sunah Rasulullah maka ikutilah Sunah Rasulullah dan tinggalkan perkataanku.

إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ خِلَافَ قَوْلِي فَاعْمَلُوا بِالْحَدِيثِ وَاتْرُكُوا قَوْلِي أَوْ قَالَ فَهُوَ مَذْهَبِي.
Apabila shahih sebuah hadits yang bertentangan dengan perkataanku maka amalkanlah hadits tersebut dan tinggalkan perkataanku atau Madzhabku.

Dan riwayat yang serupa dengannya.

👉Imam Nawawi berkata:

وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ الشافعي ليس معناه ان كل أحد رَأَى حَدِيثًا صَحِيحًا قَالَ هَذَا مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَعَمِلَ بِظَاهِرِهِ: وَإِنَّمَا هَذَا فِيمَنْ لَهُ رُتْبَةُ الِاجْتِهَادِ فِي الْمَذْهَبِ عَلَى مَا تَقَدَّمَ مِنْ صِفَتِهِ أَوْ قَرِيبٍ مِنْهُ: وَشَرْطُهُ أَنْ يَغْلِبَ عَلَى ظَنِّهِ أَنَّ الشَّافِعِيَّ رَحِمَهُ اللَّهُ لَمْ يَقِفْ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ صِحَّتَهُ: وَهَذَا إنَّمَا يَكُونُ بَعْدَ مُطَالَعَةِ كُتُبِ الشَّافِعِيِّ كُلِّهَا وَنَحْوِهَا مِنْ كُتُبِ أَصْحَابِهِ الْآخِذِينَ عَنْهُ وَمَا أَشْبَهَهَا وَهَذَا شَرْطٌ صَعْبٌ قَلَّ من ينصف بِهِ: وَإِنَّمَا اشْتَرَطُوا مَا ذَكَرْنَا لِأَنَّ الشَّافِعِيَّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَرَكَ الْعَمَلَ بِظَاهِرِ أَحَادِيثَ كَثِيرَةٍ رَآهَا وَعَلِمَهَا لَكِنْ قَامَ الدَّلِيلُ عِنْدَهُ عَلَى طَعْنٍ فِيهَا أَوْ نَسْخِهَا أَوْ تَخْصِيصِهَا أَوْ تَأْوِيلِهَا أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ: قَالَ الشَّيْخُ أَبُو عَمْرٍو رَحِمَهُ اللَّهُ لَيْسَ الْعَمَلُ بِظَاهِرِ مَا قَالَهُ الشَّافِعِيُّ بِالْهَيِّنِ فَلَيْسَ كُلُّ فَقِيهٍ يَسُوغُ لَهُ أَنْ يَسْتَقِلَّ بِالْعَمَلِ بِمَا يَرَاهُ حُجَّةً مِنْ الْحَدِيثِ وَفِيمَنْ سَلَكَ هَذَا الْمَسْلَكَ مِنْ الشَّافِعِيِّينَ مَنْ عَمِلَ بِحَدِيثٍ تَرَكَهُ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ عَمْدًا مَعَ عِلْمِهِ بِصِحَّتِهِ لِمَانِعٍ اطَّلَعَ عَلَيْهِ وَخَفِيَ عَلَى غَيْرِهِ.
---
وَقَدْ قَدَّمْنَا عَنْ ابْنِ خُزَيْمَةَ أَنَّهُ قَالَ لَا أَعْلَمُ سُنَّةً لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ لَمْ يُودِعْهَا الشَّافِعِيُّ كُتُبَهُ وَجَلَالَةُ ابْنِ خُزَيْمَةَ وَإِمَامَتُهُ فِي الْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ وَمَعْرِفَتِهِ بِنُصُوصِ الشَّافِعِيِّ بِالْمَحَلِّ الْمَعْرُوفِ: قَالَ الشَّيْخُ أَبُو عَمْرٍو فَمَنْ وَجَدَ مِنْ الشَّافِعِيَّةِ حَدِيثًا يخالف مذهبه نظران كَمُلَتْ آلَاتُ الِاجْتِهَادِ فِيهِ مُطْلَقًا: أَوْ فِي ذَلِكَ الْبَابِ أَوْ الْمَسْأَلَةِ كَانَ لَهُ الِاسْتِقْلَالُ بالعمل به وان لم يكن وَشَقَّ عَلَيْهِ مُخَالَفَةُ الْحَدِيثِ بَعْدَ أَنْ بَحَثَ فَلَمْ يَجِدْ لِمُخَالَفَتِهِ عَنْهُ جَوَابًا شَافِيًا فَلَهُ الْعَمَلُ بِهِ إنْ كَانَ عَمِلَ بِهِ إمَامٌ مُسْتَقِلٌّ غَيْرَ الشَّافِعِيِّ وَيَكُونُ هَذَا عُذْرًا لَهُ فِي تَرْكِ مَذْهَبِ إمَامِهِ هُنَا.

Yang dikatakan oleh Imam Asy-Syafii ini tidak berarti bahwa setiap orang yang melihat hadits shahih bisa langsung mengatakan, "Ini adalah madzhab Asy-Syafi'i ", lantas mengamalkan zhahirnya. 

Akan tetapi, ini hanya berlaku bagi orang yang sudah mencapai tingkatan ijtihad dalam madzhab atau mendekatinya sebagaimana yang telah kami terangkan. 
Syaratnya adalah ia meyakini bahwa imam Asy-Syafii tidak menggunakan hadits ini atau beliau tidak mengetahui ke Shahihannya, hal ini dapat diketahui dengan mempelajari seluruh kitab-kitab Imam Asy-Syafii dan kitab kitab para sahabat beliau yang meriwayatkan dari beliau, dan semisal itu.

Ini tentunya merupakan syarat yang sulit. Jarang sekali orang yang bisa melakukannya. Mereka mensyaratkan seperti yang telah kami sebutkan, karena Imam Asy-Syafi'i sering tidak mengamalkan zhahir hadits yang dilihatnya dan diketahuinya.
Akan tetapi, menurut beliau terdapat dalil yang mencederainya, menasakhnya, mengkhususkannya,  menakwilkannya,  atau semisal itu.

Syaikh Abu Amr berkata :
Mengamalkan yang zhahir dari perkataan Imam Asy-Syafi'i bukanlah persoalan yang mudah. Tidak semua ahli fikih diperkenankan secara mandiri mengamalkan hadits yang dilihatnya dapat dijadikan sebagai dalil. Di antara para pengikutnya Asy-Syafi'i yang meniti titian ini adalah orang yang mengamalkan hadits yang sengaja ditinggalkan oleh Asy-Syafi'i, walaupun beliau mengetahui ke-shahih-annya sebab ada penghalang yang tampak baginya Imam Asy-Syafii dan samar bagi orang lain.
---
Sebelumnya kami telah menerangkan dari Ibnu Khuzaimah bahwa ia berkata, "Aku tidak mengetahui Sunnah Rasulullah tentang halal dan haram yang tidak dicantumkan oleh Asy-Syafi'i dalam kitab kitabnya."
Kebesaran Ibnu Khuzaimah dan kepemimpinannya dalam bidang hadits dan fikih, serta pengetahuannya terhadap literatur literatur Asy-Syafii berada dalam posisi yang sudah dikenal.

Syaikh Abu Amr berkata :
Barangsiapa mendapati sebuah hadits dari Asy-Syafi'i yang bertentangan dengan madzhabnya maka ia harus melihat, jika bekal-bekal ijtihad telah terpenuhi padanya secara mutlaq atau pada bab itu atau pada persoalan maka ia bisa secara independen mengamalkannya 

Akan tetapi, apabila bekal-bekal ijtihad tidak terpenuhi dan sulit baginya menentang hadits tersebut setelah ia mengadakan penelitian, dan ia tidak menjumpai jawaban yang memuaskan untuk menentangnya, maka ia boleh mengamalkannya jika ia juga diamalkan oleh seorang imam yang independen selain Asy-Syafi'i. 
Ini bisa menjadi alasan baginya untuk meninggalkan madzhab imamnya di sini. 
(Majmu' Syarah Muhadzdzab l / 63 - 64 )

Subscribe Our Newsletter

avatar
"By speaking behind my back, it means that you respect my existence enough not to act in front of my face."

Related Posts

0 Comment

Posting Komentar

Article Top Ads

Parallax Ads

POST ADSENSE ADS
HERE
THAT HAVE BEEN PASSED

Article Center Ads

Article Bottom Ads