Mode Gelap

Recent in Fashion

Best Seller Books

70.Anak Yatim Belum Balig Dapat Warisan, Kapan waktu Saat menyerahkan.



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 

DOKUMENTASI HASIL TANYA JAWAB DI GRUP MENURUT 4 MADZHAB (70)

Bab: "kapan Harus menyerahkan Harta peninggalan untuk Anak yatim "

PERTANYAAN :✍️
1)thy Amanda Arsi ..

Bismillahirrahmanirrahim 
Assalamualaikum...
Selamat siang sahabat Fillah sahabat grub MIFAH yg Budiman. Izin"  bertanya Minta pencerahan nya Ustadz/dzah Dkk semua Akhy wa Ukhty salih saliha" 

🗣️🗒️Kalau kita merawat anak yatim , kapan kita bisa mulai menyerahkan harta peninggalan bapaknya....?!❓
Takutnya hartanya disalahgunakan

JAWABAN:✍️
1) Ustadz Abdullah Sidiq I...

Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Anak anak tidak boleh dipegangi harta sendiri , meskipun itu harta warisannya sendiri. Kondisi si anak ini disebut dengan istilah mahjur alaih.
Harta harus dipegang walinya , si pengasuh,  sampai anak benar benar cakap dalam agama dan pengelolaan harta.
Meskipun anak sudah baligh , jika belum bisa mengelola harta , maka tidak boleh diserahi hartanya.

Untuk menilai kecakapan dalam mengelola harta , maka anak bisa diuji berkali-kali. Jika dia sudah terbukti benar benar cakap mengelola hartanya , maka harta bisa diserahkannya.
Meskipun jika suatu hari dia fasik dan menyalahkan gunakan hartanya untuk hal negatif , itu sudah bukan menjadi tanggung jawab si pengasuh.

Allah berfirman: 

وَابْتَلُوا الْيَتَامَىٰ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُمْ مِنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ ۖ

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk Nikah . Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cakap (dalam memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-harta mereka.
(Qs Annisa ayat 6)

✍️Imam Nawawi berkata:

فَرْعٌ. لَا بُدَّ مِنَ اخْتِبَارِ الصَّبِيِّ لِيُعْرَفَ حَالُهُ فِي الرُّشْدِ وَعَدَمِهِ. وَيَخْتَلِفُ بِطَبَقَاتِ النَّاسِ، فَوَلَدُ التَّاجِرِ يُخْتَبَرُ فِي الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ وَالْمُمَاكَسَةِ فِيهِمَا، وَوَلَدُ الزَّارِعِ فِي أَمْرِ الزِّرَاعَةِ وَالْإِنْفَاقِ عَلَى الْقِوَامِ بِهَا، وَالْمُحْتَرِفِ فِيمَا يَتَعَلَّقُ بِحِرْفَتِهِ، وَالْمَرْأَةُ فِي أَمْرِ الْقُطْنِ وَالْغَزْلِ وَحِفْظِ الْأَقْمِشَةِ وَصَوْنِ الْأَطْعِمَةِ عَنِ الْهِرَّةِ وَالْفَأْرَةِ وَشِبْهِهَا مِنْ مَصَالِحِ الْبَيْتِ. وَلَا تَكْفِي الْمَرَّةُ الْوَاحِدَةُ فِي الِاخْتِبَارِ، بَلْ لَا بُدَّ مِنْ مَرَّتَيْنِ فَأَكْثَرَ بِحَيْثُ يُفِيدُ غَلَبَةَ الظَّنِّ بِرُشْدِهِ. وَفِي وَقْتِ الِاخْتِبَارِ. وَجْهَانِ. أَحَدُهُمَا: بَعْدَ الْبُلُوغِ. وَأَصَحُّهُمَا: قَبْلَهُ. وَعَلَى هَذَا فِي كَيْفِيَّتِهِ وَجْهَانِ. أَصَحُّهُمَا: يُدْفَعُ إِلَيْهِ قَدْرٌ مِنَ الْمَالِ، وَيُمْتَحَنُ فِي الْمُمَاكَسَةِ وَالْمُسَاوَمَةِ. فَإِذَا آنَ الْأَمْرُ إِلَى الْعَقْدِ، عَقَدَ الْوَلِيُّ. وَالثَّانِي: يَعْقِدُ الصَّبِيُّ وَيَصِحُّ مِنْهُ هَذَا الْعَقْدُ لِلْحَاجَةِ. وَلَوْ تَلِفَ فِي يَدِهِ الْمَالُ الْمَدْفُوعُ إِلَيْهِ لِلِاخْتِبَارِ، فَلَا ضَمَانَ عَلَى الْوَلِيِّ قُلْتُ: وَالصَّبِيُّ الْكَافِرُ كَالْمُسْلِمِ فِي هَذَا الْبَابِ، فَيُعْتَبَرُ فِي صَلَاحِ دِينِهِ وَمَالِهِ مَا هُوَ صَلَاحٌ عِنْدَهُمْ، صَرَّحَ بِهِ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ وَغَيْرُهُ. - وَاللَّهُ أَعْلَمُ. فَصْلٌ إِنْ بَلَغَ الصَّبِيُّ غَيْرَ رَشِيدٍ لِاخْتِلَالِ صَلَاحِ الدِّينِ، أَوِ الْمَالِ، بَقِيَ مَحْجُورًا عَلَيْهِ، وَلَمْ يُدْفَعْ إِلَيْهِ الْمَالُ. وَفِي «التَّتِمَّةِ» وَجْهٌ، أَنَّهُ إِنْ بَلَغَ مُصْلِحًا لِمَالِهِ، دُفِعَ إِلَيْهِ وَصَحَّ تَصَرُّفُهُ فِيهِ، وَإِنْ كَانَ فَاسِقًا. 

Cabang masalah: 
Anak-anak harus diuji dahulu agar bisa diketahui sampai dimana bijak dan tidaknya. Ujian ini berbeda sesuai dengan tingkat stratifikasi sosial sang anak. 
Anak pedagang harus diuji dibidang jual beli dan pembiayaan belanja.
Anak petani diuji dibidang pertanian dan pembiayaannya. 
Anak pekerja diuji dibidang pekerjaan yang biasa digeluti ayahnya.
Anak perempuan diuji dibidang jahit menjahit, merawat perabot rumah, menyimpan makanan agar tidak dicuri kucing, tikus dan lain-lain demi kemaslahatan isi rumah. 
Ujian ini tidak cukup hanya sekali, tetapi harus berkali-kali sehingga bisa diyakini keabsahan hasil ujian tadi. 

Tentang waktu ujian ini ada 2 pendapat : 
Pertama: Setelah usia baligh. 
Kedua: Sebelum usia baligh. 
Pendapat yang paling shahih adalah Sebelum usia baligh. 
Menurut pendapat ini, ada dua pendapat menurut ulama Syafi'iyyah tentang cara mengujinya. 
Yang pertama dan paling shahih diantara keduanya adalah sang anak diberi sejumlah uang dan diuji dibidang pembelanjaan dan tawar menawar. Apabila sudah tiba waktu akad jual beli maka akad ini dilaksanakan oleh walinya.
Yang kedua adalah akad ini langsung dilaksanakan oleh sang anak dan akad ini sah karena dibutuhkan. Apabila uang yang dipakai untuk mengujinya itu rusak atau hilang di tangannya, maka walinya tidak wajib menggantinya.

Saya (Imam Nawawi) katakan: 
Anak-anak orang kafir sama dengan anak-anak orang muslim dalam bab ini. Apa yang menurut mereka baik untuk agamanya dan hartanya maka hal itu dianggap baik.
Hal ini dipertegas oleh Al Qadhi Abu Thayyib dan lain-lain. Wallaahu A'lam. 

Pasal :
Jika anak kecil itu sudah mencapai usia baligh tetapi dia belum berakal karena dia kurang baik dibidang agama atau pengelolaan harta , maka dia tetap berstatus Mahjur alaih (terkena hukum larangan) dan harta belum bisa diserahkan kepadanya.

DaIam kitab At-Tatimmah ada satu pendapat : Bahwa jika anak kecil itu sudah mencapai usia baligh dalam keadaan bisa mengelola hartanya , maka hartanya itu diperbolehkan diserahkan kepadanya dan dia sah menggunakannya sekalipun dia fasik .
(Raudhatuth Thalibin IV / 181 )

Waallahu alam bishowab
Semoga bermanfaat sahabat Fillah @semua orang 🌹🗒️✍️🙏

Subscribe Our Newsletter

avatar
"By speaking behind my back, it means that you respect my existence enough not to act in front of my face."

Related Posts

0 Comment

Posting Komentar

Article Top Ads

Parallax Ads

POST ADSENSE ADS
HERE
THAT HAVE BEEN PASSED

Article Center Ads

Article Bottom Ads